Ia terus saja memandangi peta yang diberikan saat pendaftaran seminggu
yang lalu. Tidak ada yang menarik dalam peta itu, seperti peta pada
umumnya. Yang pasti bertuliskan arah mata angin dan letak-letak tempat
yang diberi simbol gambar dengan warna yang berbeda-beda. Bibir bagian
bawahnya terus saja diatup-atupkannya ke atas sembari menggaruk-garuk
rambutnya. Bukan karena gatal tapi itulah ritual yang harus dilakukannya
ketika bingung. Terang saja ia sangat bermasalah dengan arah mata
angin. Sejak kecil ia paling benci dalam membaca peta. Ia terus saja
menggerutu dimana letak kelasnya. Dalam hal ini ia
tidak menyalahkan otaknya namun karena sekolah ini yang terlalu besar.
Walau sepintas ada sedikit rasa bangga dapat masuk ke sekolah ini.
Bagaiamana tidak, sekolah ini adalah sekolah favorit di kotanya. Hanya
orang-orang tertentu yang diterima di SMA ini. Sedang dibelakangnya
seorang laki-laki nampak duduk di kursi taman. Memperhatiakan
gerak-geriknya yang bodoh. Sembari menunggu bel masuk laki-laki itu
membuka pesan masuk dari ibunya.
Mama sama papa gak jadi pulang minggu ini. Mungkin sebulan lagi…
kenapa?
Ada bisnis yang belum terselesaikan….
Ow mending gak usah pulang aja sekalian!
Senin, 12 Januari 2015
Langganan:
Postingan (Atom)