Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 02 Februari 2015

Keselarasan Hidup



Harmoni merupakan salah satu lagu dari Album Tak Hanya Diam. Album ini merupakan album kelima Padi yang dirilis pada Jumat, 16 November 2007. Diciptakan oleh Piyu (Satriyo Yudi Wahono).                                  
 Lagu ini bercerita tentang seseorang (dikau/kau) yang menyadarkan (aku) bahwa semua manusia terlahir dalam keadaan suci (Kita terlahir bagai selembar kertas putih). Yang mana kertas putih nantinya akan terisi dengan perilaku-perilaku dikehidupan nyata.  (Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Dan terwujud harmoni). Sebaiknya perilaku-perilaku dikehidupan nyata dilakukan dengan kebaikan-kebaikan. Dan akhirnya akan terwujud sebuah keselarasan. Karena kebaikan selalu berujung dengan indah.   

Drama anak kelas XII Bahasa; Bandung Lautan Api; 28 Nopember 2014





Perempuan Senja



      
“Perempuan senja yang tetap bertahan dengan mainan tradhisional ditengah tergerusnya zaman, telah membuatku sadar akan makna berusaha. 

Tak Selamanya Sampah

Asap rokok mengepul dari mulutnya. Rok mini dengan atasan kaos ketat menjadi pilihannya untuk membalut tubuhnya yang menggairahkan. Ditambah lagi dengan warna merah mencolok pada bibirnya mempertegas profesi apa yang ia geluti. Umur yang tak lagi muda namun masih banyak pelanggan yang setia kepadanya . Wajah ayu dengan tubuh semampai mampu menutupinya dari kata tua. Aku tidak tahu apa yang membuatnya bekerja pada bidang ini. Ia tak pernah memaksaku untuk mengikuti jejaknya dan ia pun tak pernah mendengar penyadaran yang selalu kulakukan untuknya.

Gerimis Menghantar Kepergianku

Gerimis. Tanah yang lama tak disapa hujan memunculkan aroma yang khas. Kubenahi rambut yang mulai terurai berantakan dari ikatannya. Lelah dan kantuk menyertai jari-jariku. Layar pada laptoku menujukkan masih banyak yang harus diselesaikan. Rasanya kepalaku hampir pecah dikejar detline. Kuteguk kembali kopi yang tak lagi panas dan perkataan dokter beberapa hari yang lalu terus teriang dalam pikiranku. Dengan mimik berat ia mengatakan bahwa penyakit ini terus berkembang dan melesat jauh dari perkiraannya. Bahkan tubuhku sendiri yang menjadi tempat hidup tak mampu menyadari betapa berangasnya penyakit ini. Kulepas kacamata dan mengedarkan pandangan pada ruang kerjaku berukuran 6m × 5m yang kudesain sendiri di rumah. Dari kaca jendela samar-samar dapat kulihat bayangan diriku. Tonjolan-tonjolan tulang tampak jelas pada tubuhku. Tidak berbeda dengan mayat hidup atau lebih tepatnya manusia tanpa kehidupan. Dokter bilang penyebab utama penyakit ini adalah asap rokok, maka semakin banyak aku menghisap obat penenang ini semakin parah penyakit sialan ini. Ia menyuruhku untuk menghentikannya. Bagiku ini hal tersulit yang tak mampu kulakukan. Sehari saja tidak menyentuhnya rasanya tubuhku seperti remuk redam. Seperti hari ini, aku mencoba untuk berhenti namun aku tak sanggup. Semua pekerjaanku terbengkelai karena kurasakan sakit pada sekujur tubuhku. Dokter bilang jika menghentikan kebiasaanku ini akan dapat menambah umur hidupku. Tak ada ubahnya jika tak mampu menyembuhkanku. Kunyalakan pematik untuk menyulut api pada rokokku. Pematik ini milik ayah yang tak sengaja ku bawa. Tidak ada yang khas dari pematik ini. Namun setiap kali menggunakan pematik ini semua terulang kembali.

Seperti Bulan dan Matahari


“Menjadi orang dewasa tidak hanya pada ukuran tubuh namun pikiran yang selalu terus tumbuh. Menjadi orang dewasa terkadang harus merelakan orang yang disayangi demi kebahagiaan mereka. Tak peduli betapa sakitnya namun tetap harus dilakukan. Bahkan kita harus mementingkan kebahagian mereka tanpa pernah berpikir apakah kita sudah bahagia.”

Mereka tidak pernah bertanya bagaimana perasaanku, yang mereka lakukan hanyalah memikirkan ego masing-masing. Suara gelas pecah, pintu dibanting dan auman yang keluar dari pita suara mereka telah menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang selalu mereka lakukan didepan mataku. Aku mencoba tetap tenang di mata mereka dan tembok yang kubuat sendiri dari pedih serta kekecewaan akan selalu kutegakkan saat mereka melakukan kebiasaan itu. Sampai sekarang diumurku yang kedelapan belas tahun kebiasaan mereka belum juga hilang. Dan puncaknya sekarang.

 

Blogger news

Blogroll

About