Bandung Lautan Api
Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada
tanggal 12 Oktober 1945. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada
ditangan penduduk kecuali TKR diserahkan. Orang-orang Belanda yang baru
dibebaskan dari kamp tawanan melakukan tindakan yang mengganggu keamanan.
Benrtokan senjata antara sekutu dan TKR
tidak dapat dihindari. Kota Bandung terbelah menjadi dua, Bandung utara dan
Bandung selatan. Persenjataan yang tidak memadai mengakibatkan dengan terpaksa
Bandung utara dikuasai oleh tentara sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan
melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara,
termasuk Hotel Homann dan Hotel
Preanger yang mereka gunakan sebagai markas.Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama
agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Republik Indonesia
selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Namun ultimatum itu tidak dihiraukan, maka pada
tanggal 23 Maret 1946 tentara sekutu kembali mengeluarkan ultimatum yang kedua.
Mereka menuntut agar semua masyarakat dan
pejuang TKR mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Ultimatum tersebut
melahirkan politik bumi hangus, hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu
dan tentara NICA menggunakan kota bandung sebagai markas srtategi militer dalam
perang kemerdekaan Indonesia. Dalam pertempuran sekutu dengan TKR di Desa Dayeuhkolot melibatkan Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan, dua
anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk
menghancurkan gudang amunisi milik sekutu. Muhammad Toha berhasil meledakkan
gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua
milisi tersebut di dalamnya.
Penduduk
Bandung melakukan aktivitasnya. Mereka
hilir mudik untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan, ada yang berdagang,
berbelanja, atau pun sekedar jalan-jalan.
Maryani
(pribumi) : Sooook atuh ini teh sayuran masih pada seger. mangga neng, teteh dibeli sayurannya….
Niki
(pribumi) : eleh-eleh dikira
sayuran situ aja yang seger-seger, sayuran abdi teh gak kalah seger sama sayuran
maneh
Rina
(pribumi) : Ini menih pada
pamer sayuranya seger-seger, sayuran saya juga tidak kalah pisan sama sayuran
kalian.
Dian
(pribumi) : eleh-eleh kunaon
meni gandeng teing (ini ada apa pada ribut-ribut)
Maryani
dan Niki saling pandang kemudia tersenyum bersamaan.
Dian (pribumi) :Iyek
seberaha (ini harganya berapa).
Maryani
(pribumi) : murah teh, dipilih-pilih
aja dulu
Sinta dan Fikri keluar dari sudut kiri dengan menenteng tas kemudian berjalan ke sudut kanan
sambil cekikikan lalu berhenti. Keduanya berbisik-bisik. Kemudian pasukan
sekutu datang, mereka menuntut agar semua senjata api yang ada ditangan
penduduk kecuali TKR diserahkan.
Diva
(sekutu) :
senjata yang kalian dapatkan dari Jepang harus kalian serahkan kepada kami!
Awa (sekutu) :
yuhuuuu that’s right.
Kalian orang tidak usah banyak omong! Cepat serahkan senjata kalian!
Maryani
(pribumi) : senjata apa yah, saya
cuma punya sayuran……
Fikri (pribumi) : meni orang mah aneh teing, kita perempuan
mana punya senjata….
Dian (pribumi) : kamu orang teh ayak-ayak wae….
Sinta (pribumi) : Sudah- sudah mending akang-akang
ini teh pada pergi dari sini!
Awa (sekutu) :
Berrraini-berraininya kamu mengusir kami, rupanya kalian memang belum pernah dikasih
pelajaran (mengangkat tangan untuk menampar
perempuan-perempuan pribumi).
TKR datang karena mendapat laporan jika pasukan sekutu
memaksa meminta senjata yang diambil penduduk dari Jepang.
Bima (TKR) :
Berhentiiii! Kalian itu tampang emang bule tapi mental Cuma kaya kebo bule
Ayub(TKR) :
Benar, beraninya Cuma sama perempuan!
Bima (TKR) :Seranggggggg!
Semua TKR: Ayub, Bima, Simbul, Tifa, Lifta menyerang
sekutu. Antara TKR dan sekutu bertanding namun, TKR berhasil memukul mundur
pihak sekutu. Kemudian melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan
Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel
Preanger yang mereka gunakan sebagai markas.
***
Datanglah orang-orang Belanda yang baru dibebaskan
dari kamp tawanan melakuka tindakan yang mengganggu keamanan.
Guntur (Belanda) : “finally i’m
free, hahahhaaa……
Hardiana
(Belanda) : oh bos…… you look very
happy today…..
Guntur (Belanda) : yes honey….. karena kita bisa bebas dan
bisa melihat pribumi-pribumi bodoh ini! (mengobrak-abrik dan menendang
barang-barang milik pribumi)
Merlika
(Belanda) : hahaha….. benar, dasar
pribumi-pribumi bodoh!
Hardian (Belanda) : Apa ini…… (mengambil sayuran milik mariyani kemudian
membuangnya)hikss
menjijikkan, sana jangan dekat-dekat.
Dian (pribumi) : biarpun
seperti ini, tapi ini teh hasil
bumi kami sendiri, tidak
seperti kalian! Cari rempah-rempah di negeri
orang! Katanya cari rempah rempah malah jadi menjajah! (lalu
menangis)
Shinta (pribumi) :
apa kalian tidak malu mengambil rempah-rempah di negeri orang secara paksa. Memakmurkan
negeri kalian dengan hasil rempah-rempah dari bumi kami.
Ayub
(TKR) :
Heeei Belanda…… kalian harus
mengentikan perbuatan meresahkan ini!”
Guntur (Belanda) : are you kidding me?! This is fun! See? This is fun!! (mengambil sayuran lalu melemparkan ke
wajah ayub)
Latifah (TKR) :
wa,.. dia sudah kurang ajar komandan. Dia
harus diberi pelajaran. Kita harus memperjuangkan
hak kita yang sudah mereka injak –injak.
Merlika (Belanda) :
kalian itu memang pantas diinjak-injak!
Tifa (TKR) : Hey…. noni berani-beraninya
kamu bicara seperti itu. Kayanya mulut kamu itu
harus diberi pelajaran!
Hardian
(Belanda) : Diam kamu pribumi
(memotong kalimat tifa)
Lifta (TKR) : Punya nyali juga ya kamu….!
Asal kalian pikir sedikit pun kami tidak gentar terhadap kalian!
Sementara itu sekutu kembali datang. Mereka untuk
pertama kalinya mengultimatum agar Bandung segera dikosongkan guna keamanan
selambat-lambatnya pada tanggal 29 Nopember 1945.
Awa (sekutu) : Perhatian-perhatian, kamu-kamu orang harus
pergi dari Bandung, paling lambat 29 Nopember,
yaa, untuk keamanan gitu,”
Niki
(pribumi) : keamanan? Kalian itu
penjajah nggak usah sok-sokan mau melindungi kami!
Fikri (pribumi) : nanti kalian PHP?
Bilangnya mau melindungi nanti malah memperbudak?!Kami tidak
bisa dibohongi!
Awa
(sekutu) :
how dare you! Beraninya kamu marah pada kompeni! Dasar pribumi!(menodongkan senapan)
Bima
(TKR) :
eehh, apa itu? Kamu itu beraninya
sama perempuan?! Sini sama saya kalau berani!
(meyingsingkan lengan)
Diva
(sekutu) :
sudah kalian pribumi pergi saja sana! Kalian itu gak pantas tinggal disini, kami yang lebih berhak
memiliki kota ini”
Awa (sekutu) : Hey bro…, kamu sudah bebas
rupanya…..
Guntur (Belanda) : ini
semua berkat kalian….. thanks my friend (berjabat tangan)
Diva
(sekutu) :
hahahahahah,
kita harus bekerja sama merebut Paris Van Java bersama, kita bersatu untuk bandung
yang lebih maju!” (kampanye)
Guntur (Belanda) :
Dat klopt (Benar)…… all
of you have to leave this city!”
Latifah (TKR) :
kalian itu tak pantas bilang begitu. Kami terlahir disini, disini tempat tinggal kami. Kami yang
berhak tinggal disini. Bukan kalian pendatang yang membuat kerusakan “
Awa : Saya tidak mau
tahu pokoknya kalian harus mengosongkan Bandung secepat mungkin!
Bima :
Kalau kami tidak mau memangnya kalian mau apa. Hah….?! Serrraaaaaaannng………!
Untuk kedua kalinya TKR dan Sekutu bentrok, kemudian
TKR berhasil memukul mundur Sekutu dan Belanda. Sementara keadaan kembali aman
meski keadaan porak-poranda akibat perbauatan Balanda dan Sekutu.
***
Niki : Aduh…. Aduh…. Semuanya jadi berantakan kaya begini
Dian : iya ini teh…. Gara-gara sekutu sama si belanda teak
Sinta :
tadi teteh pada denger gak ultimatumnya sekutu, saya
jadi takut ini……
Fikri :
sekutu sama belanda pasti gak bakalan tinggal diam,
terus gimana nasib kita kalau mereka sampai
datang lagi kesini?
Maryani : ya ga tau. Kita kan cuman rakyat
biasa, yang
biasanya cuma jualan sayur
gak punya kekuatan buat
lawan mereka. (sambil memperlihatan sayuran)
Rina :
sudah – sudah, gak usah membicarakan sekutu
sama belanda. Kita lanjutkan saja jualan ini daripada bicara
yang bikin kita tambah takut
Dian : nah bener itu, andai saja sekutu sama belanda datang
ke sini kita pasrah
aja sama Gusti.
Karena penduduk tidak juga mengindahkan ultimatum sekutu,
maka pada tanggal 23 Maret 1946 tentara sekutu kembali mengeluarkan ultimatum
kedua. Ultimatum tersebut melahirkan politik bumi hangus. Rakyat tidak rela jika Bandung dimanfaatkan sekutu
dan belanda sebagai markas militer perang kemerdekaan Indonesia.
Diva :
sekali lagi kami memerintahkan kalian untuk meninggalkan kota Bandung
saat ini juga, ingat ini yang terakhir kalinya kami mengingatkan kalian.
Awa :
jika kalian memang bukan orang-orang bodoh maka kalian pasti meninggalkan Bandung dengan segera……
Maryani : ta….ta…ta….pi kami harus pergi
kemana…….
Rina :
Benar… kami harus pergi kemana, hanya disini tempat tinggal kami
(TKR
datang)
Bima :
kami
tidak akan meninggalkan kota tercinta
ini!
Diva :
Kalau kalian tidak menuruti perintah kami, maka lihat saja nanti apa yang akan
kami perbuat. Kalian akan tanggung resikonya……
Ayub :
Kalian memang tidak tahu diuntung! Perlu berapa kali lagi kami mengatakannya heh…? KAMI TIDAK AKAN
MENINGGALKAN KOTA INI!
Awa :Kami tidak mau tahu….. Ingat ini yang
terakhir kalinya! Kalau kalian tidak juga menuruti perintah kami, maka kami pastikan tidak ada lagi kehiduapan disini. (menunjuk ke Ayub sambil
membalikan badannya lantas pergi).
Bima :
Kalian tahu bahwa kekuatan kita tidak sebanding dengan kekuatan pihak sekutu dan NICA belanda, maka untuk menghindari kerugian yang sangat besar dari pihak kita kolonel Abdul Nasution memerintahan kita untuk meninggalkan kota Bandung dan membumi hanguskannya.
Ayub :
Kalian kemasi barang-barang kalian dan segera pergi ke selatan menuju pegunungan.
Dian :
Kalau memang harus begitu kami rela meninggalkan bandung dan membumi hangusknnya
demi kemrdekaan Indonesia! Karena perjuangan memang butuh pengorbanan.
Fikri :
Benar kami siap…….! Mari kita berjuang! (Dian, Rina, Maryani, Fikri, Niki,
Sinta memberesi barang-barang mereka sambil menangis tersedu-sedu. Sementara itu TKR: Ayub, Bima, Latifah, Tifa, dan Lifta melemparkan dinamit untuk membumi hanguskan kota
Bandung).
Tifa :
Untuk negaraku tercinta………! (sembari melempar dinamit)
Latifah :
Merdeka…! (sembari melempar dinamit)
Lifta :
Untuk bangsa Indonesia……! (Sembari melempar dinamit)
Kemudian
Muhammad Toha(Bima) dan Muhammad Ramdan(Ayub) terjun dalam misi untuk
menghancurkan gudang amunisi milik sekutu. Muhammad Toha berhasil meledakkan
gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua
milisi tersebut di dalamnya.
Ayub : Kami
tidak sudi jika harus menyerahkan bandung dalam keadaan utuh untuk rencana
kotor kalian! (sembari melempar dinamit ke gudang amunisi milik sekutu)
Bima :
MERDEKA……….! (meledakkan gudang amunisi milik sekutu )
“Kobaran api ada dimana-mana, asap tebal membumbung
tinggi, inilah kota Bandung yang dibumi hanguskan, memang perjuangan butuh
pengorbanan”.(dibaca
dilematis).
Diringi
lagu Halo-Halo Bandung
Nice lah naskahnya😏😏
BalasHapus